Selasa, 03 Februari 2009

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Konsep Belajar dan Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran memiliki konsep yang berbeda, untuk itu kajian belajar dan pembelajaran akan dijabarkan lebih rinci di bawah ini.
1. Konsep Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku, dimana perubahan perilaku tersebut dilakukan secara sadar dan bersifat menetap, perubahan perilaku tersebut meliputi perubahan dalam hal kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pengertian belajar di atas senada dengan apa yang diungkapkan oleh Bower and Hilgard (1981) dalam Rudi Susilana (2000, h 18): Belajar diartikan sebagai usaha memperoleh dan mengumpulkan sejumlah ilmu pengetahuan. Belajar adalah usaha memperoleh pengetahuan melalui pengalaman. Schwartz (1972) juga menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap, yang tidak berhubungan dengan kematangan, efek obat-obatan, atau keadaan fisiologis, melainkan merupakan hasil pengalaman dan seringkali dipengaruhi oleh latihan.
W.S Winkel (1983) dalam bukunya “Psikologi Pendidikan and Evaluasi Belajar memaparkan beberapa pertanyaan sebagai berikut?
• Apakah belajar harus selalu berlangsung dengan penuh kesadaran?
• Apakah belajar harus selalu disertai dengan maksud yang jelas?
• Apakah hasil belajar langsung tampak dalam perilaku?
• Apakah hasil belajar harus merupakan sesuatu yang baru?
Jawaban adalah tidak selamanya belajar harus disadari oleh pelaku belajar, kegiatan belajar juga tidak selalu disertai dengan maksud tujuan yang jelas. Seringkali individu yang belajar memiliki sesuatu yang baru yang merupakan efek dari kegiatan belajar yang lain. Demikian pula hasil belajar tidak harus selalu langsung tampak dalam perilaku individu. Selain itu juga hasil belajar tidak harus serba baru, karena belajar bisa saja merupakan penyempurnaan dari hasil belajar sebelumnya.
Dari penjelasan diatas dapat dirumuskan ciri-ciri belajar:
• Adanya perubahan perilaku dalam diri individu.
• Perubahan perilaku relatif menetap
• Perubahan perilaku merupakan hasil interaksi aktif individu dengan lingkungannya.
Untuk menjadikan kegiatan belajar bisa mencapai hasil yang diinginkan, diperlukan pengetahuan tentang prinsip-prinsip belajar, yaitu:
• Adanya perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain baik secara fisik maupun psikis, untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
• Prinsip perhatian dan motivasi, dalam proses pembelajaran, perhatian berperan amat penting sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas berikutnya. Munculnya perhatian bisa secara spontan dan juga secara terencana, seseorang yang menaruh perhatian dan minat terhadap materi bidang studi tertentu biasanya akan muncul motivasi pada dirinya untuk mempelajarinya. Dalam kaitan ini motivasi merupakan suatu kekuatan yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas.
• Prinsip Keaktifan, belajar pada kahekatnya merupakan suatu proses aktif yaitu kegiatan merespon terhadap stimulus pembelajaran. Setiap individu harus melakukan sendiri aktivitas belajar, karena belajar tidak bisa diwakilkan kepada orang lain.
• Prinsip keterlibatan langsung, prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya, hal ini sejalan dengan pernyataan I hear and I forget, I see and I remember, I do and I understand. Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan pembelajaran lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
• Prinsip balikan dan penguatan, prinsip ini berkaitan dengan teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner yang menekankan pada penguatan respon untuk memperoleh balikan yang sesuai dengan rancangan pembelajaran. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan metode-metode pembelajaran yang menantang.
2. Konsep Pembelajaran
Istilah pembelajaran dan pembelajaran terkadang sering diartikan sama dengan pembelajaran, namun sebenarnya istilah keduanya memiliki makna tersendiri. Kalau pembelajaran hanya ada pada kontek guru - murid di kelas formal, sedangkan pembelajaran tidak hanya meliputi kontek guru - murid di kelas akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar mengajar yang tidak di hadiri oleh guru secara fisik. Di dalam kata pembelajaran di tekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha yang terencana dalam meliputi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar, yang terpenting adanya komunikasi timbal balik diantara keduanya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi transaksional antara guru dan siswa dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara siswa dengan siswa. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran.
Pendapat lain dikemukakan oleh Oemar Hamalik bahwa “pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran” (Hamalik: 1994, hal 69).
Sedangkan Mohammad Surya (2003:11) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran penekanannya pada kegiatan belajar siswa yang telah dirancang oleh guru melalui usaha yang terencana melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan perilaku secara komprehensif, yang terpenting dalam proses pembelajaran ini adalah perlunya komunikasi timbal balik (transaksional) antara guru dan siswa, siswa dengan siswa baik itu secara langsung maupun tidak langsung atau melalui media.
Didasari oleh adanya proses komunikasi dalam pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan melalui pola-pola pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Barry Morris (1963; 11-12) yang membagi ke dalam empat pola pembelajaran sebagai berikut:
1. Pola Pembelajaran Tradisional pertama
Tujuan-Penetapan Isi dan Metode-Guru-Siswa
2. Pola pembelajaran Tradisional Kedua
Tujuan-Penetapan Isi dan Metode-Guru dengan Media-Siswa
3. Pola Pembelajaran Guru dan Media
Tujuan-Penetapan Isi dan Metode-Guru+Media-Siswa
4. Pola Pembelajaran Bermedia
Tujuan-Penetapan Isi dan Metode-Media-Siswa

Pola pembelajaran tradisional pertama adalah pola pembelajaran dimana guru sebagai pusat dari informasi, dalam pola guru memiliki peranan yang sangat besar dalam proses pembelajaran, siswa hanya sebagai pendengar. Pola tradisional kedua dalam proses pembelajaran sudah digunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan informasi kepada siswa, pada pola kedua ini guru sudah memanfaatkan media sebagai alat untuk menyampaikan materi, misalnya guru menggunakan OHP, Flowchart, Media Audio, dan lain-lain. Pola ketiga adalah pola pembelajaran guru dan media, dalam hal ini guru menyampaikan materi kepada siswa kemudian pada saat feedback dilakukan melalui media. Pola keempat adalah pola pembelajaran bermedia, pada pola ini guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswa. Akan tetapi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media. Saat ini dan di masa yang akan datang, guru tidaklah hanya sebagai pengajar tetapi dia harus mampu berperan sebagai director of learning yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui pemanfaatan dan pengoptimalan berbagai sumber belajar.
Dari keempat pola pembelajaran yang digambar di atas, pola pembelajaran yang selama ini biasa digunakan adalah pola pembelajaran tradisional pertama dan kedua yaitu pola pembelajaran dimana guru memiliki peranan penting dalam menyampaikan informasi dan diaanggap sebagai satu-satunya sumber informasi, dalam pola pertama dan kedua ini lebih mengacu kepada pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (student-centered approach). Untuk pola ketiga dan keempat masih belum banyak diterapkan dalam proses pembelajaran, karena banyak faktor yang menghambat terhadap pemanfaatannya, misalnya kurangnya dukungan fasilitas, rendahnya kemampuan guru dalam merancang media pembelajaran.
Kurikulum berbasis kompetensi menuntut adanya penggunaan berbagai media dalam pembelajaran sebagai salah satu upaya pencapaian tujuan pembelajaran, dalam rangka meningkatkan keaktifan, kreativitas, dan juga kemandirian siswa dalam belajar. Untuk mewujudkan usaha tersebut upaya yang dilakukan salah satunya dengan menerapkan pola pembelajaran guru dan media dan pola pembelajaran bermedia dimana dengan menggunakan media atau bahkan siswa belajar hanya dengan media akan memberikan kebebasan dan keleluasaan belajar kepada siswa sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan mereka serta siswa tersebut dapat mengukur sendiri sejauhmana pemahaman dan penguasaan mereka terhadap suatu materi.

3. Aplikasi Teori Psikologi dan Belajar dalam Pembelajaran
Pendidik memerlukan kaidah-kaidah teori psikologi dan belajar yang sahih dan lengkap yang dapat digunakan untuk menunjang proses belajar-mengajar. Untuk itu ia dihadapkan kepada pilihan beberapa teori belajar.

Banyak penemuan-penemuan dan penelitian belajar hendaknya dilakukan terlebih dahulu pengujian-pengujian praktis sebelum digunakan dalam praktek pendidikan dan pembelajaran. Melalui pengujian tcrsebut kaidah-kaidahnya diharapkan memiliki nilai tinggi untuk praktek pendidikan pembelajaran. Apabila hal ini dilakukan, bcrbagai teori psikologi dan belajar baik teori belajar aliran behavioristik maupun aliran komprehensif, kaidah-kaidah esensinya mempunyai nilai implikasi yang sama terhadap praktek pendidikan dan pembelajaran.

Akibat pertumbuhan dan perkembangan dari psikologi terapan tersebut kalangan pendidik dan psikologi mulai menaruh perhatian kepada penggunaan kaidah-kaidah psikologi dan belajar dalam praktek pendidikan dan pembelajaran. Dalam konteks inilah kaidah-kaidah dari teori psikologi dan belajar mulai dikembangkan menjadi teori-teori untuk kepentingan pembelajaran.

2. Kebutuhan Akan Teori Pembelajaran.
Paul Saetler (1968) mcngemukakan bahwa ada semacam kebutuhan dikalangan para pendidik dan guru untuk menyusun konsep dan kaidah teknologi pembelajaran dan mengembangkannya menjadi seperangkat kaidah yang terintegrasi. Teori atau teknologi semacam ini dapat menjadi penengah antara teori belajar ilmu dasar, teori kurikulum dan teori komunikasi. Kebutuhan akan teori pembelajaran yang demikian didasarkan kepada asumsi bahwa pendidikan formal relatif panjang dalam prakteknya tetapi singkat dalam hal teorinya. Hal ini disebabkan kurangnya teori yang memadai. Teori yang memadai hendaknya (a) memberikan petunjuk terhadap praktek pendidikan dan pembelajaran yang lebih baik (b) memungkinkan dapat meramalkan efektif tidaknya suatu inofasi dalam pendidikan, Dengan demikian dapat memberikan dasar praktis bagi para administrator pendidikan dan guru.
Seperti telah disinggung di atas bahwa penggunaan psikologi terapan dalam praktek pendidikan adalah psikologi pendidikan. Salah satu bagian dari psikologi pendidikan yang sangat berperan dalam praktek pendidikan dan pembelajaran adalah psikologi dan teori belajar. Psikologi dan teori belajar sebagai bagian dari psikologi lebih banyak menjelaskan apa dan mengapa tingkah laku manusia terjadi. Teori belajar berisi sejumlah proposisi tentang proses teriadinya tingkah laku manusia, dalam pengertian menjelaskan mengapa tingkah laku itu berubah. Ada dua faktor yang menyebabkan berubahnya tingkah laku manusia yakni faktor dari dalam diri manusia dan faktor dari luar. Atas dasar itu teori belajar dapat dikelompokkan menjadi teori internal dan teori eksternal.
Teori internal adalah teori belajar yang cenderung menerangkan kejadian-kejadian yang nampak dari sudut faktor-faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Teori belajar yang termasuk katagori ini adalah teori belajar Gestalt dan teori belajar Kognitif.
Teori eksternal adalah kebalikannya, yakni sudut faktor-faktor yang berada di luar diri manusia yakni interaksi individu dengan lingkungannya. Teori belajar yang termasuk katagori ini adalah teori belajar aliran behavioristik.
Teori pembelajaran berupaya menjelaskan berbagai usaha membantu siswa dalam mencapai tujuan pendidikan (dalam pengertian mengubah tingkah laku siswa). Teori pembelajaran berisikan seperangkat prinsip-prinsip yang melibatkan semua aspek pengalaman pendidikan. Dengan demikian teori pembelajaran berupaya menjelaskan bagaimana mengubah tingkali Iaku, berdasarkan kaidah-kaidah yang ada dalam teori belajar. Dengan perkataan lain teori pembelajaran diturunkan dari teori belajar.
Teori pembelajaran merupakan prinsip, teknik, cara dalam mendayagunakan sumber-sumber pembelajaran (software dan hardware) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan perkataan lain teori pembelajaran merupakan penerapan prinsip-prinsip teori belajar dalam mendayagunakan alat dan sumber yang harus dikembangkan untuk menunjang perubahan tingkah laku yang diinginkan berdasarkan tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Teori pembelajaran merupakan bahagian dari teori pendidikan seperti halnya teori kurikulum, teori evaluasi, teori administrasi pendidikan dan teori bimbingan pcnyuluhan. Teori kurikulum berusaha menjelaskan pertanyaan apanya (apa yang dipelajari), teori pembelajaran menjawab pcrtanyaan bagaimana mempelajarinya, teori evaluasi menjawab pertanyaan untuk apa dipelajari.
Dari teori belajar kemudian diaplikasikan dalam teori pembelajaran, kemudian lahir desain pembelajaran sebagai sumber bagi penyusunan, perencanaan kegiatan pembelajaran dalam bentuk pedoman bagi kegiatan belajar mengajar untuk digunakan guru. Setelah itu dengan menggunakan beberapa metode tertentu guru melaksanakannya dalam proses belajar-mcngajar dengan para siswanya.
Melalui penilaian pada akhir pembelajaran dapat diketahui keberhasilan tersebut. Dengan uraian tersebut dapat dilihat bagaimana hubungan antara teori belajar, teori pembelajaran, desain pembelajaran proses belajar dan mengajar.

Jerome Bruner adalah salah seorang pendukung utama teori pembelajaran. la berpendapat ada sumbangan dari teori psikologi perkembangan dan teori belajar sekalipun bersifat deskriptif. Padahal para pendidik dan guru memerlukan teori-teori yang bersifat preskriptif, yang bermanfaat bagi praktek mendidik dan mengajar, yakni dalam bentuk teori pembelajaran.

Robert Glaser (1966) juga menganjurkan pengembangan kaidah-kaidah pembelajaran berdasarkan penelitian langsung pada situasi belajar dan pendidikan. Penelitian-penelitian psikologis dapat dijadikan dasar untuk pengembangan kaidah-kaidah pembelajaran dengan mengadakan modifikasi-modifikasi sesuai dan bergantung pada situasi belajar dan pendidikan.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ausubel (1968) yang mengcmukakan perlunya teori belajar kognitif sebagai dasar dalam mengembangkan teori pembelajaran dengan memusatkan kepada belajar penuh arti (meaningful learning).

Referensi: Bahan Belajar Mandiri (Belajar dan Pembelajaran), Rudi Susilana dkk.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

hai..., tulisannya udah bagus, tp lebih banyak lagi yac...