Selasa, 27 Januari 2009

Mengapa Kita Membutuhkan Ma'rifatullah???

Jika setiap diri kita mau jujur untuk mengakui, mungkin banyak di antara kita akan merasakan bahwa ibadah ritual yang kita lakukan seringkali tidak terasa nikmat. Kekayaan materi yang berlimpah tak jua mendatangkan kebahagiaan, prestasi belajar yang gemilang juga tak membuat ketenangan dan kepuasan batin. Apalagi ketika menghadapi kesulitan hidup baik berupa ujian, cobaan maupun musibah. Semua keadaan yang diberikan Allah sangat sulit untuk dinikmati, keluh kesah selalu menjadi cara menyikapi berbagai kondisi, serasa tak menemukan jalan untuk menikmati kehidupan dengan tenang. Permasalahan yang datang pun silih berganti, namun tak jua menemukan muara solusi. Hidup di tengah keramaian namun terasa sepi. Keraguan dan pesimis senantiasa menyertai, sehingga hakikat hidup pun tak pernah termaknai, tidak tahu dari mana dan akan kemana, serta apa yang harus dilakukan dalam kehidupan ini?
Kecerdasan seorang hamba dalam menyikapi kehidupan bergantung kepada kekuatan dan kesempurnaan yang dimilikinya dalam hal ilmu dan mahabbah. Dengan ilmu sebagai cahaya kehidupan dapat mengantarkan seseorang untuk mengetahui arah dan tujuan hidupnya. Adapun sebaik-baik ilmu adalah ilmu tentang mengenal Allah, karena ilmu inilah semua pertanyaan dalam kehidupan ini dapat dijawab dan setiap kondisi yang diberi dapat termaknai. Ketika ia beribadah atau melaksanakan sesuatu ia menyadari makna dari semua yang ia lakukan, dan merasakan hadirnya kasih sayang dan cinta-Nya dengan diberikan-Nya kenikmatan dalam beramal dan beribadah yang dirasakannya tidak hanya sekedar menggugurkan kewajiban sebagi hamba, tapi justru dirasakan menjadi suatu kebutuhan untuk terus berinteraksi dengan-Nya baik dalam shalat, puasa, sedekah, dan ibadah lainnya. Karena dengan cara inilah ketenangan akan ia peroleh. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Ra’ad ayat 28.
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
Adapun semua yang ia dapatkan atau ia alami, baik kesulitan maupun kemudahan dunia dapat ia sikapi dengan ridha dan syukur, karena ia yakin apapun yang diberikan Allah adalah selalu pilihan yang terbaik untuk dirinya, karena Allah tidak akan mendzalimi dan akan selalu menolong hamba-hamba-Nya. Sehingga ketenangan, kebahagiaan, dan ketentraman yang akan selalu setia menemaninya dalam menikmati hari demi hari, hingga saat ia kembali ke dalam pelukan Ilahi. Adapun Mahabbah yang paling tinggi adalah Mahabatullah (mencintai Allah), yang dengannya ia tidak pernah kehabisan energi dan semangat yang gigih untuk terus berbuat, dan terus mengejar hingga ia mencapai apa yang ia capai yaitu Ridha Ilahi.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Hallo..Om Nickas, this is the most excellence point of view than previous. Therefore, me also feel the same about the deed I done. let being honest to our own hearth. we sometime claim that we do deed perfectly, on the other hand, we claim it will be absolutely received by Allah. Therefore, We need "Ma'rifatullah" within our life and hearth. knowing and understood well about "Ma'rifatullah" will fill the empty hearth during surviving on the planet earth. never give -up keep fight. salam untuk semua. LOIS HADI