Selasa, 27 Januari 2009

Karakteristik Jalan Menuju Ma'rifatullah

Ketika seseorang meniti jalan menuju ma’rifatullah, kadang Allah menempatkannya pada suatu keadaan, agar ia memahami Allah, lalu pemahaman itu akan memberikan ma’rifah kepadanya. Perihal inilah yang menjadi pusat perhatian Syaikh Ibnu ‘Atha’illah sebagaimana tersimpul dalam ujarannya: “Adakalanya Allah memberimu (taufiq dan pemahaman). Kadang kala Allah tidak memberimu (kesenangan dunia), tapi ia memberimu (taufiq dan pemahaman). Jika Allah menyibakkan kepadamu pintu untuk memahami penahanan pemberian, maka penahanan pemberian itu akan berubah menjadi pemberian itu sendiri.”
Pemberian atau penahanan pemberian, keduanya berpengaruh di hati seseorang. Ironisnya, banyak orang keliru memahami Allah dalam hal ini, karena menurut pemikiran mereka pemberian adalah tanda karamah, dan penangguhan pemberian adalah tanda penghinaan. Seperti terdapat pada surat (QS. Al Fajr: 15-16).
Artinya: Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia akan berkata: "Tuhanku Telah memuliakanku". Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"
Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. tetapi Sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.
Pengertian pada surat ini begitu dalam, karena itu Al-Qur’an meluruskannya. Kadang Allah menangguhkan pemberian dunia kepada mahluk yang paling dicintai-Nya, tapi ia curahkan segala macam kesenangan dunia kepada mahluk yang paling dimurkai-Nya. Karena itu, pemberian duniawi dari Rabb bukan tanda karamah dan penahanan pemberian adalah bukti penghinaan. “Bila Allah memberikan karunia-Nya, maka ia memperlihatkan kebaikan-Nya. Manakala ia menahan pemberian-Nya, maka Ia menunjukkan kekuasaan-Nya. Dalam semua keadaan tersebut Ia memperkenalkan diri-Nya dan menghadapi hamba-Nya dengan kelembutan-Nya.” Hikmah penangguhan dan kelekasan pemberian berrtautan dengan masalah pengenalan terhadap Allah. Jika seseorang dapat mengenal Allah melalui celah penahanan dan penyegeraan pemberian, maka dia sungguh telah menapaki jenjang kesempurnaan, karena pemberian adalah salah satu tanda kebaikan-Nya, dan penahanan pemberian adalah cermin dari kekuasaan-Nya. (QS. Al an’aam: 18)
Artinya: Dan dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. dan dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Bila penahanan pemberian itu menyakiti seorang hamba, maka itu hanya karena ketiadaan pemahamannya tentang Allah di dalamnya.

Tidak ada komentar: